SGINews.id — Di saat pemerintah sedang menggalakan program ketahanan pangan yang teralokasi 20 Persen dari dana desa (DD ) namun ironis pemerintah khususnya pemerintah Kabupaten Bogor, belum membuka keran beredarnnya pupuk bersubsidi, sehingga para petani khususnya di kecamatan Jonggol dan wilayah timur Kabupaten Bogor, kesulitan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi pada musim tanam saat ini.
Uki ketua kelompok tani karya tani 2 Desa Balekambang, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor mengungkapkan mahalnya pupuk subsidi yang akhirnya terpaksa membeli pupuk non subsidi, walaupun harganya jauh lebih mahal.
“Perbandingannya pupuk subsidi jenis urea dan Ponska dengan harga 100 ribu rupiah sampai 130 ribu rupiah perkwintalnya, sedangkan untuk pupuk non subsidi dijual dengan harga antara 230 ribu rupiah hingga 250 ribu rupiah perkwintalnya. Dengan susahnya membeli pupuk subsidi, para petani harus mengeluarkan lebih besar lagi untuk biaya pupuk, ditambah lagi dengan biaya-biaya yang lainnya, yang rasa sangat memberatkan para petani,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Uki menjelaskan kegilisahan para petani yang merasa berat karena mahalnya pupuk non subsidi, namun mereka tidak ada pilihan dan pasrah.
“Walaupun mahal kita tetap harus beli, sebab kalau tidak dikasih pupuk, tanaman padi kita bagaimana ?,” tanyanya.
“Sebelumnya saya bisa membeli pupuk subsidi hingga 1 ton, namun sekarang hanya dapat 3 setengah kwintal, dan saya berharap kepada Bupati Bogor agar secepatnya pupuk yang bersubsidi untuk dikeluarkan dan dijual ke para petani,” pungkasnya.
Sementara itu, menurut info dari koordinator balai penyuluhan pertanian wilayah Jonggol Jajang SP saat ditemui dikantornya (13/5) mengatakan bahwasannya pemerintah propinsi Jawa barat telah mengeluarkan SK dan SK itu telah diturunkan kepada Bupati Bogor, tentang dikeluarkan pupuk subsidi untuk dijual kepara petani.
“Mudah-mudahan akhir bulan ini, bupati bisa memberlakukan SK tersebut dan kuota pupuk subsidi bisa ditambah untuk wilyah kabupaten Bogor dan nantinya dapat dinikmati oleh para petani,” harap Jajang.
Hal senada juga di ungkapkan Atang pemilik toko pupuk di wilayah Jonggol, yang berharap agar pemerintah segera mensyahkan untuk dikeluarkannya pupuk subsidi dan dijual ke para petani.
“jika tidak segera disyahkan, saya bisa merugi ,karena pupuk-pupuk subsidi masih banyak digudang saya, tetapi saya tidak berani untuk menjualnya, sebelum ada perintah atau aturan dari pemerintah. Jika keadaan ini berlarut-larut barang jadi numpuk digudang tidak terjual dan saya jadi merugi,” pungkas. (Rudi/Dedi/DN)