Ini Penjelasan Pedagang Ayam Potong Arjuna Citeureup yang Sedang Viral

SGI-NEWS.COM – Pedagang ayam potong Juara yang sempat viral usai didemo oleh pedagang ayam potong Pasar Citeureup 1 dan 2 karena menjual ayam dengan harga lebih murah, akhirnya telah mencapai kesepakatan. Kini, harga jual ayam telah disesuaikan menjadi Rp35.000, sejalan dengan harga pasar.

Pemilik toko ayam potong Arjuna (PT Arjuna), Randy Bagus Nurrizkianto, memberikan penjelasan terkait program yang dijalankannya. Ia menyebut bahwa pihaknya tengah menjalankan program rantai distribusi langsung dari peternak ayam rakyat ke masyarakat umum, tanpa melalui perantara.

“Program ini bertujuan memotong rantai distribusi yang panjang dan sering kali merugikan peternak. Dengan distribusi langsung, masyarakat bisa mendapat ayam segar dengan harga lebih terjangkau, sementara peternak pun mendapat keuntungan yang layak,” ungkap Randy, Kamis (8/8/2025).

Randy menyatakan bahwa inisiatif ini juga sejalan dengan program pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat melalui konsumsi protein hewani seperti ayam. Menurutnya, distribusi yang merata dan harga yang terjangkau akan membantu semua lapisan masyarakat, terutama kalangan menengah ke bawah.

Lebih lanjut, Randy menjelaskan bahwa kebijakan ini berlandaskan pada pedoman dari Kementerian Pertanian, di mana Harga Pokok Produksi (HPP) ayam broiler hidup ditetapkan sebesar Rp18.000 per kilogram. Harga ini mencakup seluruh biaya produksi seperti pakan, tenaga kerja, perawatan dan biaya operasional lainnya. Untuk menutup biaya tersebut dan mendapatkan keuntungan, pedagang biasanya menetapkan harga jual sekitar Rp23.000 per kilo ayam yang sudah siap jual.

“Saya menjual ayam ke distributor/pedagang seharga Rp24.000, dan ke masyarakat langsung seharga Rp27.000. Dengan skema harga ini, seluruh rantai distribusi — mulai dari peternak, rumah potong ayam, hingga pedagang — bisa mendapatkan margin yang adil,” jelasnya.

Menurut Randy, salah satu tujuan utama dari program ini adalah memastikan harga ayam yang kompetitif dan terjangkau secara nasional. Hal ini diyakini dapat memperluas akses masyarakat terhadap protein hewani sekaligus membantu peternak dalam mempercepat siklus penjualan ayamnya.

“Peternak tidak perlu lagi menanggung kerugian karena ayam terlalu besar dan tak laku dijual. Ini akan mempercepat perputaran uang dan meningkatkan pendapatan semua pihak dalam rantai pasok,” ujarnya.

Dari sisi ekonomi, Randy optimistis bahwa keuntungan yang adil di setiap lini akan meningkatkan stabilitas dan kesejahteraan masyarakat. Ia juga menekankan bahwa program ini berorientasi jangka panjang, termasuk dalam penciptaan lapangan kerja di sektor peternakan, pengolahan, distribusi, hingga penjualan.

“Kami ingin berkontribusi dalam menekan angka pengangguran, terutama di pedesaan dan wilayah penghasil unggas. Ini bukan hanya soal harga ayam, tapi soal pembangunan ekonomi lokal dan nasional,” tambahnya.

Sebagai penutup, Randy berharap dukungan dari pemerintah, swasta, dan masyarakat agar program ini bisa menjadi model distribusi ayam nasional yang lebih adil, transparan, dan berdaya saing tinggi.

“Kami ingin menciptakan ekosistem peternakan yang sehat, mensejahterakan peternak, memperluas akses pangan bergizi, serta mendorong lapangan kerja berkelanjutan di Indonesia,” pungkasnya.(DN)

Tinggalkan komentar