Belajar di Tikar Rumah Kepala Sekolah, Madrasah Miftahul Iman Jonggol Butuh Uluran Tangan Pemerintah

Photo of author

By Syahar

SGI-NEWS.COM – Potret suram pendidikan kembali menyita perhatian. Kali ini datang dari Madrasah Miftahul Iman, sebuah lembaga pendidikan di Desa Sukasirna, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, yang sejak lama berjuang di tengah keterbatasan ekstrem.

Miris, sekolah ini tidak memiliki ruang kelas. Para siswa terpaksa belajar di rumah kepala sekolah, hanya beralaskan tikar.

Madrasah yang berdiri sejak tahun 2000 ini awalnya memiliki satu ruang kelas sederhana. Namun seiring waktu, bangunan tersebut rusak parah hingga akhirnya rata dengan tanah.

Kini, sekitar 60 murid tetap belajar dengan penuh semangat meski tanpa meja, bangku, atau papan tulis.

Kepala Madrasah Miftahul Iman mengatakan dengan segala upaya dan kepeduliannya, membuka pintu rumahnya agar kegiatan belajar-mengajar tetap berlangsung. Kondisi ini berlangsung bukan sebulan dua bulan, tapi sudah bertahun-tahun, tanpa ada perhatian serius dari pemerintah.

“Kami sudah mengirim surat ke Kementerian Agama, Pemerintah Kabupaten Bogor, bahkan ke Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Tapi sampai hari ini belum ada jawaban, apalagi bantuan,” ungkapnya dengan nada kecewa.(29/7/2025)

Selanjutnya, Ia jugamenyampaikan, tanah bekas bangunan sekolah seluas kurang lebih 40 meter persegi saat ini sudah dipondasi. Artinya, pembangunan bisa segera dilakukan—jika bantuan segera turun. Namun tanpa anggaran, semua hanya bisa menunggu dalam ketidakpastian.

“Pondasi sudah dibuat, tinggal bangunan berdiri. Tapi kami hanya bisa berharap dan menunggu kepedulian dari pemerintah,” lanjutnya.

Madrasah Miftahul Iman bukan satu-satunya sekolah yang mengalami nasib serupa di pelosok Kabupaten Bogor. Tapi kisah ini menyuarakan realitas yang memilukan: di tengah gencarnya program pembangunan dan slogan pendidikan merata, masih ada anak-anak yang belajar tanpa ruang kelas. Pendidikan adalah hak, bukan harapan yang terus digantung.

Sudah saatnya pemerintah, baik di tingkat kabupaten, provinsi, hingga pusat, membuka mata dan turun tangan langsung. Bangunan sekolah bukan soal kemewahan, tapi soal keadilan dan masa depan.

Madrasah Miftahul Iman menunggu. Dan bersama mereka, masa depan puluhan anak-anak juga sedang diuji.(AC)

Tinggalkan komentar